Suku Betawi adalah salah satu suku yang terkenal budaya serta adatnya yang kental. Suku ini juga memiliki upacara adatnya tersendiri yang memiliki makna besar bagi mereka. Seiring perkembangan zaman, pelaksanaan upacara ini mulai surut dilakukan. Agar bisa tetap lestari, yuk cari tahu upacara adat Jakarta yang penuh makna berikut ini!

Upacara Adat Jakarta

Suku-suku yang ada di Indonesia memiliki beragam upacara adat dan juga tradisi yang beragam. Salah satu tradisi yang menarik dan unik yaitu tradisi suku Betawi. Di masyarakat suku Betawi, pada momen-momen tertentu akan diadakan upacara adat. Inilah beberapa upacara adat Jakarta yang berasal dari suku Betawi: 

1. Upacara Adat Baritan

Upacara Adat Baritan memiliki makna akan rasa syukur terhadap hasil bumi
sumber gambar: Kulonprogo.sorot.co

Upacara ini diambil dari kata Baritan yang berarti sedekah bumi. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Betawi, khususnya Kramat Aris yang mendiami wilayah tersebut. Pelaksanaan  upacara ini adalah untuk menunjukkan rasa sykur akan hasil bumi yang melimpah ruah. 

Biasanya, upacara ini dilakukan sekali dalam setahun, pada hari raya agung, lebih tepatnya tanggal 10 bulan haji. Upacara ini dilaksanakan di lokasi Keramat Ganceng di pimpin oleh juru kunci Keramat Ganceng. Terdapat empat tahapan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan upacara ini diantaranya yaitu :

  • Persiapan, dilakukan untuk menghitung kebutuhan biaya, jumlah undangan, dan juga persiapan lainnya.
  • Pelaksanaannya di laksanakan di Keramat Ganceng, dengan mengadakan tahlilan serta juga makan bersama. Biasanya pada waktu siang hari, masyarakat mengantarkan sesajen berupa hasil panen dan makanan.
  • Ngarak kepala kerbau atau bisa juga kepala kambing, untuk ditanam sesuai dengan empat  penjuru mata angin
  • Hiburan, mengadakan beberapa acara seperti kliningan, sawer, layar tancep dan juga wayang kulit. 

2. Upacara Adat Bikin Rume

Bikin Rume adalah salah satu upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup masyarakat Betawi
sumber gambar: Senibudayabetawi.com

Bikin Rume adalah salah satu upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup masyarakat Betawi. Untuk masyarakat Betawi rumah bukan hanya sebagai tempat berlindung dari gempuran musim yang tidak ramah. Akan tetapi, lebih dari itu rumah merupakan tempat dimulainya terjadi generasi mendatang yang kokoh lahir dan batin. 

Hal itulah masyarakat Betawi saling tolong-menolong dan juga gotong royong untuk pembangunan rumah. Upacara adat ini memerlukan ritual dan persiapan yang harus dilakukan masyarakat. Persiapan pertama, yaitu masyarakat akan melakukan persiapan berupa perhitungan, untuk menentukan hari baik, keselamatan pemilik rumah, dan juga rezeki. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan musyawarah antar masyarakat yang terlibat.

Kedua, jika sudah mendapatkan hari yang pas untuk membangun rumah, masyarakat akan melaksanakan doa bersama yang disebut dengan “Merohawan”. Selanjutnya, para warga akan membuat acara selamatan untuk mempersiapkan pembangunan rumah agar berjalan dengan lancar. Tidak lupa juga dengan prosesi ‘ketik’ yakni pemilik rumah harus begadang semalam sebelum pembangunan rumah selesai, demi menjaga keamanan rumah. 

3. Upacara Mangkeng

Upacara Mangkeng dilaksanakan oleh pemilik rumah yang sedang mengadakan pesta
sumber gambar: Rindutanahbasah.wordpress.com

Upacara ini dilaksanakan oleh pemilik rumah yang sedang mengadakan pesta. Kata mangkeng diambil dari kata pangkeng yang berarti kamar. Upacara ini dilaksanakan oleh orang yang mempunyai ilmu spiritual khusus bertugas mendoakan kelancaran pesta yang diadakan serta mencatat sumbangan yang telah di berikan oleh tamu pesta. Jika acara pesta sudah selesai, maka sang Mangekeng akan memberikan laporan perihal keluar masuk sumbangan dari tamu kepada pemilik rumah.

4. Kaulan atau Nazar

Nazar oleh masyarakat Betawi disebut dengan Kaulan merupakan janji yang diucapkan dalam hati atau juga bisa didengar oleh orang sekitar
sumber gambar: Radarsampit.com

Nazar oleh masyarakat Betawi disebut dengan Kaulan merupakan janji yang diucapkan dalam hati atau juga bisa didengar oleh orang sekitar. Ketika melakukan nazar, seseorang harus dapat melaksanakannya sesuai dengan nazar yang dimaksud. 

Apabila tidak dilaksanakan, maka orang yang mengucapkan nazar bisa mendapatkan akibat yang buruk. Maka, ketika masyarakat Betawi mengucapkan kaulan tidak boleh sembarangan, dan jika belum dilaksanakan seperti memiliki beban ketika menjalani kehidupan.

5. Upacara Adat Sunatan

Upacara Adat Sunatan merupakan upacara bagi anak laki-laki dalam rangka menaati ajaran agama islam ketika akan menuju masa akil baligh
sumber gambar: Senibudayabetawi.com

Upacara ini biasanya dilakukan apabila ada acara sunatan ini untuk anak laki-laki. Sunat bagi masyarakat Betawi merupakan upacara bagi anak laki-laki dalam rangka menaati ajaran agama islam ketika akan menuju masa akil baligh. Sehari sebelum pelaksanaan sunat, biasanya anak laki-laki akan dirias dengan pakaian pengantin sunat. 

Kemudian, anak laki-laki tersebut diarak mengelilingi kampung dengan mengendarai tandu atau kuda serta diiringi dengan barisan rebana serta pencak silat. Upacara ini dilakukan dengan tujuan anak laki-laki merasa terhibur dan juga semangat menghadapi pengalaman barunya esok. Di upacara ini ada pendukung dan pelengkap, yaitu pakaian pengantin sunat lengkap, grup rebana, pembaca sholawat dustur, kuda hias, grup ondel-ondel dan juga delman hias. 

Nah setelah itu keesokan harinya anak laki-laki di sunat, dan dilanjutkan dengan acara selamatan. Selamatan sebagai wujud syukur serta dilengkapi dengan berbagai hiburan untuk masyarakat.

Kesimpulan

Nah, sahabat itu tadi ada lima upacara adat khas Betawi. Setiap upacara memiliki makna dan tujuan untuk dilaksanakan. Mulai dari upacara adat baritan hingga upacara sunatan. Semoga bermanfaat. 

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *